Catatan demi catatan
Setelah kepergianmu, merasa sedih
akan bayanganmu yang amat pedih dalam menjalani hidup. Merasa kasihan dengan
tingkah laku mahkluk lain yang tidak berperikemanusiaan. Satu keluarga merasa
sedih dan sangat terbebani dengan hal ini, apalagi hanya kaulah tempat menaruh omongan
anak kedua dari segala hal.
Sekarang, saya mengeluh dengan
hal ini. Merasa beban sangat berat untuk menimbun ilmu dan harapan dari banyak
orang. Takut semakin dewasa tidak berhasil akan harapan ini. Seperti buah yang
dipetik ternyata asam, tetapi menyehatkan.
Sisi kecil dalam pikiran, melihat
perempuan kecil yang tidak berdaya dibanding saudara-saudaranya, dikucilkan,
sekarang yang sedang diatas tidak menganggap baik dengan tulus, bagi saya ia
tidak melihat kebawah pada waktu dulu.
Oh ya,,, ada lagu menarik, lagu dari Igtidaf liriknya yang menurut saya bermakna, liriknya seperti
ini:
Lika-liku perjalanan
Ku terjebak sendirian
Tumbuh dari kebaikan
Bangkit dari kesalahan
Berusaha pendamkan kenyataan
bahwa
…
Aku tetap bernafas
Meski sering tercekat
Aku tetap bernafas
Meski aku tak merasa bebas,
ho-ho
Maaf jika
Belum seturut yang dipinta
Maaf jika
Seperti tak tahu arah
Aku sudah dewasa
Aku sudah kecewa
Memang tak seindah yang kukira
Aku sudah dewasa
Aku sudah kecewa
Memang tak sekuat yang kukira
Jika dia tau isi dari keluh
kesah, dia mau bergumam apa selain hanya berdiam diri dan mencari alasan lain?
Comments
Post a Comment