Perjuangan Skripsi: Dari Galau Hingga Cumlaude di Fikom Unisba


         

 Sumber : Gramedia Blog

Jurusan Ilmu Komunikasi memang jadi fakultas terfavorit di Indonesia. Banyak banget saingan nya. Kebetulan saya kuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung. Di bulan Februari, saya dinobatkan jadi mahasiswa akhir semester 8. Teman-teman saya sudah mulai skripsi di semester 7, tapi saya baru mulai di semester 8. Kenapa? Fakultas tiba-tiba mengubah syarat mengerjakan skripsi dari lulus 124 SKS jadi lulus 130 SKS. Meskipun sudah menyusun strategi dari awal, saya tetap harus menambah SKS dulu. Wkakakaka!

Menyelesaikan skripsi dalam waktu sekitar 3 bulan? Bisa, kok! Tepat pada bulan Maret, saya mengajukan judul. Meski tidak sesuai harapan, saya terpaksa menerima pilihan judul itu daripada debat dan protes berkepanjangan. Menentukan judul penelitian berarti harus menentukan dosen pembimbing juga. Saya ancang-ancang mencari dosen yang sesuai dengan judul dan keahlian mereka. Pilihan saya jatuh pada dosen-dosen cihuy yang enak diajak diskusi dan aktif. Qodarullah, saya dapat Dr. Dede Lilis Chaerowati, S.Sos., M.Si., yang ahli di bidang Manajemen Komunikasi Kelompok dan Organisasi. Judul penelitian saya adalah “Komunikasi Eksternal Yayasan Baitul Maal PLN Pada Program Ekonomi dalam Pemberdayaan Masyarakat Dhuafa.” Kebetulan, beliau dosen terfavorit di Fikom Unisba.

Akhir bulan Maret, saya mulai mengerjakan skripsi. Berkat fokus dan kerja keras, Bab 1 dan Bab 3 selesai hanya dalam 15 hari. Meskipun tetap ada revisi kecil. Bulan April, yang bertepatan dengan puasa dan persiapan lebaran, tiba-tiba akademik menginformasikan bahwa sidang seminar proposal diundur ke bulan Mei karena banyak tanggal merah. Sontak kaget dong! Kayak di-PHP-in gitu.

Putar otak lagi, deh. Emang bisa selesai bulan Mei, Juni, Juli? Revisi belum, BTAQ belum, TOEFL belum. Pada bulan April, saya hanya menunggu sidang seminar proposal sambil merapikan penelitian. Akhirnya, akademik membuka kembali sidang seminar proposal pada awal Mei dengan pelaksanaan akhir bulan Mei. Saya daftar, dan ada 45 peserta.

Sebelum sidang, saya belajar teknik presentasi dari Tessa Ananta Wiguna, mahasiswa Politeknik Bandung. Berkat dia, nilai sidang seminar proposal saya dapat A pada 20 Mei 2024. Thankss Encaaa!

Di sisi lain, ada faktor saingan dalam mengerjakan penelitian ini yang membuat saya berambisi menyelesaikannya. Ada partner yang kebetulan satu dosen pembimbing, Putri Azka Fatihatunnizma, mahasiswa sekelas yang juga meneliti tentang pemberdayaan. Semangat dan support kami kerjakan bareng-bareng. Ada juga Alif Chandra Diva, yang sama-sama berjanji harus bisa wisuda tahun 2024. Karena mereka, saya bisa menyelesaikan semua ini dengan baik.

Pada posisi itu, saya juga bertanggung jawab sebagai Ketua bidang Media Komunikasi dan informasi pada organisasi Gencar Bandung Raya. Tetap harus memantau dan mengerjakan tanggung jawab tersebut dong. Walaupun minta meliburkan diri dulu. Libur tapi saya memantau aktifitas dan memonitoring. Jadi namanya libur bukan?

Pada awal bulan Juni 2024, akademik menginformasikan bahwa sidang skripsi untuk bisa wisuda gelombang 2 itu terakhir 28 Juni. Bimbingan pertama sudah dilakukan, tapi ada satu hal yang membuat saya eneg. Dosen pembimbing meminta saya mengganti pertanyaan penelitian yang berpengaruh pada draft wawancara. Dalam posisi ini, dosen pembimbing sedang super sibuk dan belum ada arahan lebih lanjut.

Down dong saya! Galau sana-sini selama sehari, pergi ngalor ngidul gak jelas. Pikiran saya penuh dengan ketidakpastian. Waktu terus berjalan, dan saya merasa semakin tertekan dengan deadline yang semakin dekat.

Rasanya tuh kalau melihat kalender tuh horrorrr banget...

Setelah merasakan kepanikan seharian, saya memutuskan untuk mengambil tindakan drastis. Dengan tekad kuat, saya langsung melaksanakan wawancara dan observasi untuk penelitian saya tanpa menunggu arahan lebih lanjut dari dosen pembimbing. Saya merasa tidak ada pilihan lain jika ingin menyelesaikan skripsi tepat waktu.

Dengan penuh keberanian, saya menjalankan semua tahapan penelitian sesuai dengan rencana. Setelah menyelesaikan semua wawancara dan observasi, saya lapor ke dosen pembimbing. Betapa lega dan senangnya saya ketika dosen pembimbing mengatakan bahwa hasilnya sudah aman. "Sebuah keajaiban kebetulan," ucap saya sambil tersenyum.

Setelah itu, saya berprinsip tidak ada main-main sebelum revisi beres. Alhamdulillah, revisi dan BTAQ selesai dalam waktu 2 minggu. Selanjutnya, saya fokus mengerjakan Bab 4-5 dengan wawancara narasumber sebanyak 8 orang dari berbagai daerah. Semua data terkumpul lengkap pada 10 Juni 2024.

Setelah itu, saya lanjut menganalisis hasil temuan. Pengerjaan ini selesai dalam waktu seminggu doang, haha! Kok bisa? Bisa dong asal fokus. Alhamdulillah, saya bisa mendaftar sidang skripsi pada 28 Juni 2024 dan lulus pada 12 Juli 2024.

Sidang skripsi dan sidang komprehensif diikuti oleh 102 peserta. Semua berjalan dengan baik dan lulus. Sebuah kebanggaan dapat apresiasi dari dosen karena saya mampu menjawab semua pertanyaan mengenai pembelajaran selama kuliah. Sidang skripsi pun mendapatkan nilai B. Turun sih IPK-nya, wakakkaka, tapi it's okey. Cumlaude kok, wkakakaka!

 


Jadi menurut saya, Skripsi itu sebenarnya ujian mental. Jika kalian merasa malas atau menyerah sekarang, maka akan lama sekali menyelesaikannya. Ketekunan dan semangat adalah kunci utama. Jangan biarkan rasa putus asa menguasai kalian. Teruslah bergerak maju, walaupun hanya sedikit demi sedikit. Ingat, setiap langkah kecil mendekatkan kalian pada tujuan akhir.

Mental Down dalam mengerjakan skripsi itu ada, tapi jangan berlarut-larut dan bangun strategi lagi. Jangan mudah terpengaruh oleh hal-hal lain yang bisa mengalihkan fokus. Menulis satu kalimat setiap hari dalam progress skripsi pun lebih baik daripada tidak sama sekali. Setiap usaha kecil akan membawa perubahan besar pada akhirnya. Jadi, tetaplah berjuang dan fokus pada tujuan kalian. Semangat ini akan membantu kalian melewati setiap rintangan dan akhirnya mencapai kelulusan dengan bangga.




Comments

Popular posts from this blog

REMEDI

Konsep diri